This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 19 Juli 2015

Sunan Dalem


Syekh Maulana Zainal Abidin atau lebih dikenal Sunan Dalem merupakan putra Syekh Maulana Ainul Yaqin (Sunan Giri) bin Syekh Maulana Ishaq. Beliau merupakan sultan kedua dari kesultanan Giri Kedaton (1428 Saka) yang mendapatkan amanah menggantikan Sunan Giri yang wafat. Sunan Dalem mulai memegang peranan di Giri Kedaton sejak tahun 1506 M, atau sezaman dengan Sultan Trenggana di kesultanan Demak Bintoro. Pada masa itu pula terjadi peristiwa pendudukan kota kerajaan Majapahit oleh pasukan Islam pada tahun 1527 M.
                Tidak banyak sumber sejarah yang dapat dirujuk untuk mengetahui secara lebih lengkap tentang kehidupan dan kebijakan politiknya sewaktu memegang amanah  di Giri Kedaton. Namun ada tradisi lokal di Desa Gumeno Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik hingga sampai saat ini menjadi tradisi yang dinisbahkan kepada Sunan Dalem, yakni buka puasa dengan “Kolak Ayam” yang dilaksanakan setiaptanggal 23 Ramadhan atau yang lebih dikenal dengan istilah “Sanggring”.
                Tidak dijelaskan alasan hijrah Sunan Dalem dari Giri ke Gumeno, namun dikisahkan bahwa pada sekitar tahun 1535 M, pengguasa Sengguruh yang masih “kafir” berusaha menduduki pusat kekuasaan Islam di Giri. Sesudah sekelompok kecil orang Cina Islam, dibawah pimpinan Panji Laras dan Panji Liris, dekat Lamongan dikalahkan oleh orang-orang dari pedalaman. Sunan Dalem memerintahkann Jaga Pati sebagai pimpinan pasukan Giri untuk menghentikan pertempuran. Selanjutnya Sunan Dalem hijrah ke Gueno pada masa itu diperintah Ki Dang Palih, atas persetujuan Syekh Manganti, paman Sunan Dalem.
                Disisi lain orang-orang kafir Senguruh dari kerajaan “Gamda” (daerah Pasuruan) dari selatan tersebut berusaha membuka dan merusak makam Sunan Giri, akan tetapi suatu kawanan lebah keluar dari dalam makam yang memaksa serta memporak-porandakan orang-orang kafir tersebut meninggalkan Giri dan kembali ke Sengguruh.
Dalam hadist Qudsi :
“Barangsiapa memusuhi wali Ku, maka sesungguhnya Aku telah menyatakan perang kepadanya.”
(HR. Bukhari)
                Setelah kembali ke Giri, Sunan Dalem meminta agar dibuatkan makam untuk Syekh Grigis disebelah timur makam Sunan Giri, juru kunci yang terbunuh oleh pasukan kafir. Sebagai ungkapan terima kasih  kepada masyarakat Gumeno, Sunan Dalem mendirikan pembangunan masjid dengan atap bertingkat tiga, oleh masyarakat sekitar disebut Masjid Tiban.
                Dalam catatan sejarah disebutkan Sunan Dalem wafat pada tahun 1545 M dan dimakamkan disebelah barat makam Sunan Giri, selanjutnya kekuasaan kesultanan Giri Kedaton diamanahkan kepada Sunan Sedomargi untuk menjadi Sultan Giri ke-III.

Sumber :
Suwandi, dkk. 2003. Giri Kedaton Kuasa Agama dan Politik. Surabaya : Kalidaya
Tarikh Jawa
Griseee Tempo Doeloe
Babad Tanah Jawi “De Graff”

Selasa, 07 Juli 2015

Tradisi Malam 27 Ramadhan di Gresik : Pasar Bandeng





 Pasar Bandeng merupakan tradisi menjelang lebaran di kota Gresik yang dilaksanakan pada malam 27 hingga malam 29 Ramadhan. Berdasarkan catatan sejarah, mulanya pasar bandeng hadir untuk memenuhi kebutuhan para santri Sunan Giri di pondok pesantren Giri Kedaton, saat ini dikenal dengan Desa Sidomukti Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik.
                Tradisi mudik menjelang lebaran dan pulang ke kampong halaman untuk berlebaran, umumnya dimanfaatkan para santri turun bukit menuju Kota Gresik untuk mencari oleh-oleh yang menjadi khas Gresik. Kala itu olahan bandeng menjadi khas Gresik sehinngga banyak santri yang memilih bandeng untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh.
Sumber lain menyebutkan, Pasar Bandeng dikaitkan dengan sejarah perjalanan Sunan Giri pada malam terakhir bulan Ramadan. Saat itu, Sunan Giri melanjutkan perjalanan dari Giri ke sebuah mushalla di sekitar Pasar Gresik sekarang. Pengikut Sunan Giri yang berjumlah banyak itu kemudian membuat pasar dadakan yang konon banyak memperjualbelikan ikan Bandeng. 
Adapula yang menyebutkan bahwa tradisi Pasar Bandeng mulai dikenal masyarakat luas hingga luar pulau pada masa Syekh Djalaluddin (Buyut Senggulu) sekitar tahun 1600 yang merupakan ulama keturunan Sunan Giri. Hal ini terjadi dengan adanya hubungan antara Gresik dan Palembang yakni dari keluarga Kyai Qomis (Palembang) menantu Buyut Senggulu yang bersilaturahmi kepada Syekh Djalaluddin (Buyut Senggulu) setiap menjelang lebaaran.
               
Umumnya bandeng yang dijual merupakan bandeng segar yang baru dientas (diambil) dari tambak. Setiap tahunnya gebyar pasar bandeng ini selalu diramaikan dengan acara pelelangan. Bandeng yang akan dilelang mulai dari ukuran sedang hingga bandeng besar hingga kawak. Khusus bandeng kawak satu ekor beratnya bisa mencapai lebih dari 10 kg. Bukan hal mengherankan apabila harganya mencapai jutaan rupiah. Saat ini bukan hanya ikan bandeng yang diperjualbelikan, namn juga dimeriahkan dengan jual beli barang kebutuhan lainnya seperti pakaian, makanan, mainan anak-anak, perlengkapan ibadah, hewan peliharan, hingga aksesoris.
                Kegiatan rutinan setiap tahun yang telah dilangsungkan selama ratusan tahun di kota Gresik ini selalu diadakan mulai dari jalan Raden Santri (Utara alun-alun Gresik) hingga jalan Gubernur Suryo kurang lebih sepanjang 2 kilometer. Dulunya para wisatawan juga menyempatkan diri berbuka dan Sholat Tarawih di Masjid Jamik Gresik selanjtnya menyempatkan diri berziarah ke makam Syekh Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik), Sayyid Ali Murtadho (Sunan Gisik), Nyai Ageng Pinatih (Ibunda Asuh Sunan Giri), serta masih banyak kompleks pemakaman Waliyullah yang letaknya saling berdekatan di area Pasar Bandeng.
Riyoyoan (Lebaran dalam bahasa Gresik) kurang lengkap rasanya sebelum adanya hidangan masakan bandeng di rumah. Terlebih hidangan masakan bandeng umumnya juga dibawa ke langgar, surau, atau musholla terdekat sebagai syukuran dan nantinya akan dimakan bersama masyarakat dalam sebuah lengser atau talam  (Semacam piring raksasa). Semakin lengkap nuansa lebaran dengan saling berbagi dan bersilaturrahmi.

Senin, 06 Juli 2015

Sidomukti, Kawasan Utama Kesultanan Giri

Sidomukti merupakan salah satu kawasan utama masa kesultanan Giri yang dipimpin oleh Syekh Maulana Ainul Yaqin (Sunan Giri). Berada di kawasan wisata religi Sunan Giri (Pegiren), desa sidomukti berbatasan langsung dengan desa Giri di barat laut, desa Kawisanyar di utara, desa Sekarkurung di barat serta desa Gulumantung dan Ngagrosari di selatan. Secara administratif desa Sidomukti berada di kecamatan Kebomas, kabupaten Gresik, provinsi Jawa Timur, indonesia. Terletak sekitar 300 meter barat laut dari makam Sunan Giri dan 900 meter dari perempatan Kebomas, gerbang utama masuk desa ini adalah gapura jalan Sunan Giri gang XIII (Sebelah kiri Indomaret Giri)

Nama sidomukti hampir ada disetiap daerah, namun berbeda dengan kebanyakan desa Sidomukti di beberapa daerah. Desa Sidomukti di kawasan Pegiren ini memiliki nilai historis yang menjadi saksi bisu masa kejayaan Islam di Nusantara hingga Mancanegara dibawah kesultanan Giri yang dipimpin Sunan Giri dan keturunannya. Di desa ini merupakan pusat kesultanan Sunan Giri yang pertama. Hal ini dapat dibuktikan dengan keberadaan Istana Giri Kedaton yang berfungsi sebagai Masjid, Pondok Pesantren, serta tempat musyawarah untuk mengelolah tatanan masyarakat dalam pemerintahan sebagai salah satu metode dakwah.

Merujuk dari keberadaan serta posisi Istana Giri Kedaton terdapat beberapa kawasan yang saat ini disebut dusun yang memiliki peranan penting dalam tata kota kesultanan Giri, disebelah utara tepatnya di dusun Jraganan. Istilah Jraganan merujuk pada sebutan wilayah yang dulunya tempat pemukiman para saudagar kaya atau jeragan yang mayoritas berprofesi sebagai pengrajin logam mulia berupa emas dan sebagai penyokong dana dari keberlangsungan kesultanan Giri. Disisi timur dari Istana Giri Kedaton terdapat dusun bernama Dalem Wetan yang berarti Istana atau rumah, dan wetan berarti timur. Istilah Dalem Wetan merujuk pada wilayah pemukiman penduduk yang dulunya merupakan lokasi tempat tinggal keluarga Kasunanan atau keluarga besar Kasunanan yang lokasinya berada di wetan “timur”.

Sidomukti sebagai pusat kesultanan Giri juga dapat dilihat disisi selatan Istana Giri Kedaton terdapat Pasar Gede, Alun-alun Contong, Tambakboyo, dan Kemudinan. Pasar Gede merupakan pusat perdagangan yang sangat ramai karena dekat dengan pusat kesultanan. Alun-alun Contong sendiri merupakan tempat berkumpulnya para Sunan serta pejabat kesultanan dalam upaya membaurkan diri sehingga tidak adanya batasanserta mempermudah masyarakat dalam menyampaikan aspirasinya kepada Sunan maupun jajarannya. Tak hanya itu disekitar Alun-alun Contong merupakan pusat pemukiman penduduk yang dibuktikan adanya balai desa serta adanya pertigaan sebagai akses utama menuju desa lain. Masih disisi selatan , terdapat dusun bernama Tambakboyo yang dulunya merupakan kawasan pertahanan kesultanan Giri dan dikawasan tersebut terdapat daerah bernama Cumpleng yang berarti tempat mengasah senjata. Di dusun Kemudinan yang berasal dari kata Mudin yang berarti pemimpin umat Islam di daerah, Kemudinan sendiri dulunya merupakan pemukiman yang di diami para mudin serta ulama setempat.

Refrensi : 
Tutur cerita Ustad Zainul Fuad (Warga asli Sidomukti)
Majalah Alas Jurit 
Foto :
Wahyu FIrmansyah (@wahyufirsyah)

Tradisi Malam 25 Ramadhan di Giri : Malam Selawe




“Sesungguhnya kami telah menurunkannya pada malam kemuliaan. Dan taukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.
(QS. Al-Qadr)

Dari Siti Aisyah radiyallahu ‘anha, dia berkata:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam beri’tikaf di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan” dan beliau bersabda, “Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR Bukhari dan Muslim)
Tradisi malam selawe atau malam menjelang 25 Ramadhan merupakan puncak bagi peziarah yang datang ke Makam Sunan Giri yang berlangsung ratusan tahun. Para peziarah yang terdiri dari anak kecil, remaja, orang tua, hingga lanjut usia dari berbagai kalangan  ini tak hanya datang dari daerah Gresik dan kota sekitarnya, akan tetapi dari luar daerah bahkan luar pulau maupun luar negeri. Hingga saat ini masih sangat banyak masyarakat yang memusatkan ibadahnya di Masjid Jamik Sunan Giri, mulai dari Sholat Sunnah, tadarus Al Qur’an, I’tikaf, maupun ibadah lainnya tepat .
Mulanya Tradisi Malam Selawe merupakan puncak kegiatan ibadah yang dilakukan Sunan Giri beserta para santrinya yang dipusatkan di Masjid Jamik Sunan Giri sebelum kepulangan para santri menuju kampung halaman untuk lebaran. Tak hanya itu santri yang tidak menetap di Giri yang berada di daerah sekitar banyak yang bersilaturahmi sekaligus beribadah di Masjid Jamik Sunan Giri untuk berburu keberkahan Lailatul Qadar. Tradisi ini terus  berlangsung hingga wafatnya Sunan Giri sampai saat ini dengan tujuan memperbanyak ibadah di bulan Ramadhan, tak hanya itu para santri dan masyarakat juga menyempatkan diri berziarah ke makam Sunan Giri.
Tak hanya memusatkan ibadah untuk mendapatkan keberkahan Lailatul Qadr, banyak masyarakat yang juga berziarah ke makam Sunan Giri di Desa Giri, makam Sunan Prapen di Desa Klangonan (300 meter barat kompleks makam Sunan Giri) dan menikmati keindahan serta meneladani bukti semangat perjuangan penyebaran agama Islam di Giri Kedaton yang merupakan pondok pesantren sekaligus istana yang dibangun oleh Sunan Giri untuk menyebarkan agama Islam. Letaknya sekitar 500 meter barat laut makam Sunan Giri.
Banyaknya peziarah dimanfatkan ratusan PKL mengais rezeki di sepanjang jalan Sunan Giri hingga jalan Sunan Prapen. Mereka berjualan pakaian, makanan, minuman, jajanan khas Giri, jajanan khas Gresik, aksesoris, dan lain-lain.
Do’a Malam Lailatul Qadr
Allahumma Innaka ‘Afuwwun, Tuhibbul ‘Afwa, Fa’fu ‘Anna yaa Allah yaa Karim…

Tradisi Malam ke 23 Ramadhan di Gresik : Kolak Ayam Gumeno (Sangring)

 
 
Di Gresik ada sebuah desa bernama Gumeno Kecamatan Manyar, terdapat tradisi membuat kolak ayam setiap menjelang malam ke-23 Ramadan. Menurut sejarah, tradisi pembuatan kolak ayam di malam ke 23 Ramadan ini bermula saat Sunan Dalem Putra kedua Sunan Giri mebangun Masjid Jamik yang dijadikan sebagai pusat dakwah penyebaran agama Islam di daerah Gumeno. Suatu ketika Sunan Dalem mengalami sakit yang tidak diketahui jenis penyakitnya, bahkan tak satu pun jenis obat yang mampu menyembuhkan Sunan Dalem dari sakitnya. Akhirnya Sunan Dalem melakukan Sholat Istikharah sehingga Sunan Dalem mendapat petunjuk dari Allah yang tepat pada malam ke 23 bulan Ramadhan. 
Seketika itu Sunan Dalem meminta kepada para santrinya untuk menyiapkan ayam jago kampung untuk disembelih dan dimasak di masjid menjadi kolak ayam. Atas izin Allah, setelah menyantap hidangan kolak Ayam Sunan Dalem sembuh dari penyakitnya. Sejak saat itu tradisi malam ke 23 Ramadhan dijadikan sebagai sedekah Kolak Ayam sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT atas sembuhnya Sunan Dalem. 
Penduduk Desa Gumeno membuat kolak ayam setiap malam 23 Ramadan dan dijadikan sedekah untuk menu santap berbuka puasa. Bahkan tradisi acara memasak kolak ayam ini telah berlangsung selama 564 tahun. Ternyata tidak hanya warga setempat yang menikmati sajian kuliner kolak ayam, beberapa warga dari luar kabupaten seperti Surabaya, Tuban, Lamongan, Bojonegoro, dan lainnya banyak yang datang di desa tersebut. Penikmat kolak ayam begitu menikmati rasa khas santan kolak ayam yang terasa "legi" (manis dicampur gurih dari kaldu ayam), sajian ini juga lebih nikmat lagi jika ditambah dengan ketan. 
Untuk membuat kolak ayam itu sendiri dibutuhkan sekitar 200 eko ayam jantan, satu kwintal bawang daun, empat kwintal gula merah serta 212 butir kelapa yang seluruh prosesnya dilakukan oleh warga sekitar. Uniknya Kolak Ayam hanya dimasak oleh kaum pria dan dibagikan kepada semua jemaah yang berkumpul di Masjid Jami' Sunan Dalem setelah berbuka puasa. Warga Gumeno yang sudah bermukim di tempat lain akan menyempatkan pulang guna menikmati kolak ayam dengan rasa yang sanngat nikmat dan khas ini.

Tanda-Tanda Lailatul Qadar



Setiap muslim pasti meng-inginkan lailatul qadr, karena malam itu lebih baik dari 1000 bulan
Berikut adalah tanda-tanda Malam Lailatul Qadar :
. 1. Udara dan angin sekitar terasa tenang. Sebagaimana dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
,
لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء

“Lailatul qadar adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar lemah dan nampak kemerah-merahan.” (HR. Ath Thoyalisi. Haytsami mengatakan periwayatnya adalah tsiqoh /terpercaya)
2. Malaikat menurunkan ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah, yang tidak didapatkan pada hari-hari yang lain.
3. Manusia dapat melihat malam ini dalam mimpinya sebagaimana terjadi pada sebagian sahabat.
4. Matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, tidak ada sinar. Dari Abi bin Ka’ab bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,”Shubuh hari dari malam lailatul qadar matahari terbit tanpa sinar, seolah-olah mirip bejana hingga matahari itu naik.” (HR. Muslim)

30 Keutamaan Shalat Tarawih di Bulan Ramadhan

 
 
Di dalam kitab Durratun Nashihin Fil Wa’zhi wal Irsyad karya Syaikh ‘Utsman bin Hasan bin Ahmad Syakir Al Khubari, seorang Ulama yang hidup di abad ke-9 Hijriyah, terdapat hadits mengenai fadhilah atau keutamaan shalat tarawih pada malam-malam bulan Ramadhan.
Berikut teks hadits tersebut:

عن علي بن ابي طالب رضي الله تعالى عنه أنه قال: ” سئل النبي عليه الصلاة والسلام عن فضائل التراويح فى شهر رمضان فقال
يخرج المؤمن ذنبه فى اول ليلة كيوم ولدته أمه
وفى الليلة الثانية يغفر له وللأبوية ان كانا مؤمنين
وفى الليلة الثالثة ينادى ملك من تحت العرش؛ استأنف العمل غفر الله ماتقدم من ذنبك
وفى الليلة الرابعة له من الاجر مثل قراءة التوراه والانجيل والزابور والفرقان
وفى الليلة الخامسة أعطاه الله تعالى مثل من صلى في المسجد الحرام ومسجد المدينة والمسجد الاقصى
وفى الليلة السادسة اعطاه الله تعالى ثواب من طاف بالبيت المعمور ويستغفر له كل حجر ومدر
وفى الليلة السابعة فكأنما أدرك موسى عليه السلام ونصره على فرعون وهامان
وفى الليلة الثامنة أعطاه الله تعالى ما أعطى ابراهيم عليه السلام
وفى الليلة التاسعة فكأنما عبد الله تعالى عبادة النبى عليه الصلاة والسلام
وفى الليلة العاشرة يرزقة الله تعالى خير الدنيا والآخرة
وفى الليلة الحادية عشر يخرج من الدنيا كيوم ولد من بطن أمه
وفى الليلة الثانية عشر جاء يوم القيامة ووجهه كالقمر ليلة البدر
وفى الليلة الثالثة عشر جاء يوم القيامة آمنا من كل سوء
وفى الليلة الرابعة عشر جاءت الملائكة يشهدون له أنه قد صلى التراويح فلا يحاسبه الله يوم القيامة
وفى الليلة الخامسة عشر تصلى عليه الملائكة وحملة العرش والكرسى
وفى الليلة السادسة عشر كتب الله له براءة النجاة من النار وبراءة الدخول فى الجنة
وفى الليلة السابعة عشر يعطى مثل ثواب الأنبياء
وفى الليلة الثامنة عشر نادى الملك ياعبدالله أن رضى عنك وعن والديك
وفى الليلة التاسعة عشر يرفع الله درجاته فى الفردوس
وفى الليلة العشرين يعطى ثواب الشهداء والصالحين
وفى الليلة الحادية والعشرين بنى الله له بيتا فى الجنة من النور
وفى الليلة الثانية والعشرين جاء يوم القيامة آمنا من كل غم وهم
وفى الليلة الثالثة والعشرين بنى الله له مدينة فى الجنة
وفى الليلة الرابعة والعشرين كان له اربعه وعشرون دعوة مستجابة
وفى الليلة الخامسة والعشرين يرفع الله تعالى عنه عذاب القبر
وفى الليلة السادسة والعشرين يرفع الله له ثوابه أربعين عاما
وفى الليلة السابعة والعشرين جاز يوم القيامة على السراط كالبرق الخاطف
وفى الليلة الثامنة والعشرين يرفع الله له ألف درجة فى الجنة
وفى الليلة التاسعة والعشرين اعطاه الله ثواب الف حجة مقبولة
وفى الليلة الثلاثين يقول الله: ياعبدى كل من ثمار الجنة واغتسل من مياه السلسبيل واشرب من الكوثرأنا ربك وأنت عبدى”

Dari Ali bin Abi Thalib berkata: “Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang keutamaan (shalat) Tarawih di bulan Ramadhan lalu beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

Di malam ke-1: Dosa-dosa orang yang beriman keluar darinya pada malam pertama seperti hari dilahirkan ibunya.
Di malam ke-2: Dirinya diampuni juga (dosa) kedua orang tuannya jika keduanya beriman.
Di malam ke-3: Malaikat memanggil dari bawah ‘Arsy: ‘Mulailah beramal, semoga Allah mengampuni dosamu yang lalu!’
Di malam ke-4: Baginya pahala seperti pahala membaca Taurat, Injil, Zabur dan Al Furqan (Al Qur’an).
Di malam ke-5: Allah memberinya pahala seperti orang yang shalat di Masjidil Haram, Masjid Madinah, dan Masjid Aqsha.
Di malam ke-6: Allah memberinya pahala seperti orang yang melakukan thawaf mengelilingi Baitul Makmur dan bebatuan pun memohonkan ampunan baginya.
Di malam ke-7: Seakan-akan dia bertemu Musa as dan kemenangannya atas firaun dan Haman.
Di malam ke-8: Allah memberikan kepadanya seperti apa yang telah diberikan-Nya kepada Ibrahim ‘Alaihis Salam.
Di malam ke-9: Seakan-akan dia beribadah kepada Allah seperti ibadahnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Di malam ke-10: Allah memberikan rezeki kepadanya kebaikan dunia dan akhirat.
Di malam ke-11: Dirinya keluar dari dunia seperti hari kelahirannya dari rahim ibunya.
Di malam ke-12: Pada hari kiamat dirinya akan datang seperti bulan di malam purnama.
Di malam ke-13: Pada hari kiamat dia akan datang dengan keamanan dari segala keburukan.
Di malam ke-14: Malaikat datang untuk menyaksikannya shalat taraweh dan kelak Allah tidak akan menghisabnya pada hari kiamat.
Di malam ke-15: Para malaikat dan para malaikat pembawa Arsy dan kursi bershalawat kepadanya.
Di malam ke-16: Allah Subhanahu wa Ta’ala menetapkan baginya kebebasan dari api neraka dan dimasukan ke surga.
Di malam ke-17: Diberikan pahala seperti pahala para Nabi.
Di malam ke-18: Para malaikat memanggil, ‘Wahai Abdullah, sesungguhnya Allah telah meridhaimu dan meridhai kedua orang tuamu.’
Di malam ke-19: Allah mengangkat derajatnya di surga Firdaus.
Di malam ke-20: Dia diberikan pahala para syuhada dan orang-orang shaleh.
Di malam ke-21: Allah membangunkan baginya sebuah rumah dari cahaya di surga.
Di malam ke-22: Pada hari kiamat ia akan datang dengan rasa aman dari semua kesulitan dan kecemasan.
Di malam ke-23: Allah membangun baginya sebuah kota di surga.
Di malam ke-24: Dikatakan kepadanya, ‘Ada 24 doa yang dikabulkan.’
Di malam ke-25: Allah mengangkat siksa kubur darinya.
Di malam ke-26: Allah mengangkatnya seperti pahala 40 ulama.
Di malam ke-27: Pada hari kiamat ia akan melintasi Shirathul Mustaqim bagai kilat yang menyambar.
Di malam ke-28: Allah mengangkatnya 1000 derajat di surga.
Di malam ke-29: Allah memberikan ganjaran baginya 1000 hujjah (argumentasi) yang dapat diterima.
Di malam ke-30: Allah berfirman: Wahai hamba-Ku makanlah dari buah-buahan surga dan mandilah dari air Salsabila.”